Jumat, 03 Oktober 2014

Karya-karya Pramoedya




Kita tentu sudah tidak asing dengan sosok sastrawan Indonesia bernama Pramoedya yang lebih dikenal dengan nama Pramoedya Ananta Toer. Beliau lahir dari seorang Ayah yang bekerja sebagai guru atau juru tulis dan Ibu yang berdagang nasi. Lika-liku kehidupan beliau jalani, pernah diasingkan di pulau Buru, menjadi ketua LEKRA, berseteru dengan sesama sastrawan pun pernah menjadi bagian dari hidup beliau.

Namun, sekalipun banyak sekali aral melintang dan hambatan-hambatan menghadang, terutama dalam masa orde baru, beliau tetap tekun menulis hingga menghasilkan puluhan novel, yang sebagian telah diterjemahkan dalam bahasa asing. Kebanyakan dari buku-bukunya bertema nasionalis dan kebangsaaan, yang membawa pembaca untuk lebih mencintai tanah airnya sendiri. Roman paling terkenal dari buatan beliau adalah tetralogi pulau buru. Berikut adalah karya-karya Pram yang bisa disimak :

1. Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, Rumah Kaca (Tetralogi Pulau buru)
Keempat novel di atas memiliki tema nasionalisme dan percintaan, di mana tokoh utama yang bernama R.M. Minke (julukan itu merupakan nama pemberian gurunya Meneer Rooseboom karena jengkel akan kebodohannya sewaktu kelas awal saat sekolah di E.L.S.  Namun setelah beranjak dewasa ia menjadi seorang pemikir dan seorang yang terobsesi dengan ilmu pengetahuan dan kemajuan zaman.) yang hidup dalam masa penjajah kolonial pemerintah Belanda. Di mana, pada waktu itu menjadi Belanda merupakan hal paling membanggakan bagi pribumi.


Dalam novel pertama yaitu Bumi Manusia berisi mengenai kondisi pribumi yang begitu terpuruk dalam cengkraman Kolonial. Adanya pergundikan, munculnya kelas-kelas sosial di kalangan masyarakat, serte pengotak-ngotakan rasa-ras yang pada akhirnya menempatkan pribumi pada tempat terendah setelah kaum totok, peranakan, cina dan arab, serta kaum priyayi. Kemerosotan moral pribumi serta penindasan yang semena-mena inilah yang menggugah Minke untuk mulai melawan melalui tulisan-tulisan di surat kabar.


Dalam novel kedua, yaitu Anak Semua bangsa mengisahkan pertemuan langsung Minke yang seorang priyayi yang merupakan siswa HBS Surabaya serta realita di lapangan. Trunodongso, seorang petani yang menolak tanahnya disewakan secara paksa pada perusahaan gula milik kolonial semakin menggugah kesadaran Nasionalnya. 


Pada novel ketika, Jejak Langkah, pribadi Minke semakin matang. Di buku ini, Minke menemukan bentuk perlawanan terhadap kolonialisme, yaitu dengan organisasi dan pers yang membuat pemeriantah kolonial kebakaran jenggot. Setelah itu, pada buku terakhir, yaitu rumah Kaca, merupakan periodisasi pemberantasan pergerakan-pergerakan pribumi oleh pemerintah kolonial. Berbeda dari ketiga buku sebelumnya yang menjadikan Minke sebagai tokoh utama, dalam buku ini, J. Pangemanann, seorang agen kepolisian kolonial yang juga sahabat Minke, ditugaskan untuk memadamkan perlawanan pribumi. Pergolakan batinnya membuat Rumah Kaca begitu sarat pesan moral.

Bersambung....

(diolah dari berbagai sumber)

Kamis, 02 Oktober 2014

Obat jerawat (2)



Jerawat pada dasarnya selalu membuat orang terganggu. Yang paling utama, jerawat sangat mengganggu penampilan wajah. Berbagai cara sering kita lakukan, supaya jerawat-jerawat ini hilang, bahkan sampai facial dan pergi ke dokter yang mahal sekalipun. Berbagai krim atau pembersih, kita gunakan untuk menghilangkan jerawat ini, tetapi kadang berakhir sia-sia. Sebenarnya, selain krim dari dokter, ada juga obat-obatan herbal yang bisa kita gunakan untuk menghilangkan jerawat.


Untuk Bunga Tasbih, haluskan akar atau rimpang segar bunga tasbih secukupnya lalu tempelkan ke bagian yang terkena jerawat. Untuk belimbing wuluh, cuci bersih 6 – 8 butir buah belimbing wuluh lalu tumbuk sampai halus. Campurkan dengan setengah sendok teh garam, dan seperempat gelas air ke dalam hasil tumbukan tersebut dan aduk rata. Oleskan pada wajah yang berjerawat 3 kali sehari.



Selain itu, kita juga bisa menggunakan Lengkuas sebagai bahan untuk mengobati jerawat. Jadi, pertama-tama siapkan lengkuas, temulawak, kencur, daun jinten, asam jawa, pulasari, serta 1 sendok teh adas. Bahan-bahan ini memiliki takaran sendiri-sendiri, yaitu 13 hram lengkuas, 13 gram temulawak, 23 gram kencur, 9 gram daun jinten, 2 jari asam jawa, 1 jari pulasari, dan 1 sendok teh adas. Kesemua bahan direbus dengan 1200 ml air sampai tersisa setengahnya saja. Setelah dingin, airnya disaring lalu diminum 3 kali sehari, masing-masing 200 ml.

Obat jerawat (1)



Jerawat pada dasarnya selalu membuat orang terganggu. Yang paling utama, jerawat sangat mengganggu penampilan wajah. Berbagai cara sering kita lakukan, supaya jerawat-jerawat ini hilang, bahkan sampai facial dan pergi ke dokter yang mahal sekalipun. Berbagai krim atau pembersih, kita gunakan untuk menghilangkan jerawat ini, tetapi kadang berakhir sia-sia. Sebenarnya, selain krim dari dokter, ada juga obat-obatan herbal yang bisa kita gunakan untuk menghilangkan jerawat.

Yang paling familiar adalah bawang merah atau bawang putih, yang bersifat panas – mengeringkan, lalu ada juga kentang dan bengkuang, setelah itu bunga tasbih, bahkan belimbung wuluh yang bisa dipakai untuk ramuan jerawat.



Untuk bawang merah dan bawang putih, kita ambil beberapa siung entah itu bawang merah atau bawang putih, lalu tumbuk halus dan oleskan pada jerawat tersebut. 5 menit kemudian segera bersihkan dengan air. Jangan oleskan merata, karena bawang ini sifatnya mengeringkan. Kemudian, ada juga kentang dan bengkuang. Keduanya diparut sampai halus, lalu dipakai maskeran. Jangan lupa, kulit dibersihkan dulu sebelum dimaskeri dengan masker mentah bengkoang dan kentang.



Rabu, 01 Oktober 2014

Jalan-jalan ke Sragen (2)




Sragen terlihat tenang dan damai. Kabupaten ini memang bisa dibilang kecil dan tidak terlalu ramai. Walau, kalau saat lebaran, bisa dibilang jalan di kabupaten ini akan padat merayap. Tempat wisata di kabupaten Sragen tidak terlalu terkenal dibanding tempat-tempat wisata di sekitar Sragen seperti Solo, Karanganyar, atau Wonogiri. Sebenarnya, ada satu objek wisata yang terkenal, yaitu Sangiran, di mana di sana terdapat Musium purbakala Sangiran, yang berisi banyak peninggalan purbakala.


 Selain Sangiran, sebenarnya ada juga objek wisata lain yang bisa dikunjungi, seperti Gunung Kemukus, Waduk Kedung Ombo, Pemandian Air Panas Bayanan, Kampung Batik Kliwonan. Bahkan, di kabupaten ini sebenarnya ada event budaya tahunan yang diadakan seperto, Larab Langse, Festival Cembeng, Larung Agung, Gethek Joko Tingkir, serta Kejuaraan Nasional Berkuda. Sayangnya, mungkin di antara sekian banyak tempat wisata dan eventnya, hanya sedikit sekali yang pernah didengar.



Sedangkan untuk makanan khas, ada nasi sambal tumpang, soto girin, sate banaran, pecel sragen, Tengkleng, ronde, dan dawet. Sebagian di antara makanan ini tentu pernah kalian nikamti, kan? Sebenarnya, banyak juga jajanan pasar yang unik di kabupaten ini, tetapi... susah kalau mau dijelaskan satu per satu. Sebenarnya, pemerintah kabupaten Sragen sudah menyiapkan ebook panduan wisata Sragen bagi siapa pun yang mau berjalan-jalan ria di sana. Silakan menikmati tempat wisata dan kulineran di Sragen ya. ^^

Jalan-jalan Ke Sragen


Bumi Sukowati, sebutan lain dari kabupaten Sragen. Nama tersebut merupakan nama yang telah digunakan pada masa pemerintahan Kerajaan Surakarta, yang pada akhirnya berubah nama menjadi Sragen. Kabupaten Sragen terletak pada lembah aliran sungai bengawan Solo yang mengalir ke arah timur. Ada pun batasan alam di 2 mata angin lainnya adalah gununga lawu di selatan, utara perbukitan yang merupakan sistem pegunungan Kendeng. Luas wilayah Kabupaten Sragen adalah 941,55 km2 yang terbagi dalam 20 kecamatan yang dibagi lagi atas sejumlah 208 desa dan kelurahan. Pusat pemerintahan berada di Kecamatan Sragen.

Berdirinya Kabupaten Sragen melalui pengorbanan serta rasa cinta tanah air yang sangat dalam. Bagaimana tidak? Berdirinya kabupaten ini berkaitan dengan sejarah bangsa, ketika penjajah Belanda masih menguasai Indonesia. Jadi, awal mula berdirinya Kabupaten Sragen ini berkaitan dengan pergerakan Pangeran Mangkubumi, yang kelak akan menjadi Sri Sultan Hamengku Buwono I, yang melakukan perlawanan bagi penjajahan kolonial Belanda.

Pangeran Mangkubumi, yang tak lain adalah adik dari Sunan Pakubuwono II yang berasal dari Mataram, sangat benci dengan pemerintah Kolonial Belanda karena menindas dan menjajah rakyat Jawa. Pada masa itu sikap Belanda sangat kejam, rakyat dijadikan budak dan pesuruh tidak diberi gaji dan penghidupan layak. Mereka senantiasa bekerja dan tidak ada waktu sedikit pun untuk beristirahat. Hal inilah yang mendasari kemarahan pangeran Mangkubumi. Beliau pada akhirnya memutuskan untuk mengadakan perang dengan pemerntah kolonial. Peperangan ini dimulai dari tahun 1746 sampai 1757.

Dalam masa-masa peperangan itu, pangeran Mangkubumi mengadakan perjalanan hingga sampai ke tlatah Sukowati. Di sinilah, kelak pangeran Mangkubumi akan dikenal sebagai pangeran Sukowati serta membentuk pemerintahan pemberontakan di sana. Kejadian demi kejadian pun terus bergulir dari tahun ke tahun, hingga akhirnya Sragen pun menjadi sebuah daerah otonom dan memiliki 20 kecamatan.

Jumat, 26 September 2014

Mengenai Magelang (2)




Selain banyaknya destinasi wisata kota, Magelang pun punya banyak makanan khas yang patut dicoba, seperti kupat tahu, sop senerek, mangut lele, nasi sop empal, Es krim mahkota, maupun es semanggi. Kupat tahu khas Magelang berisi potongan tahu putih yang sudah digoreng, ketupat, gimbal, dilengkapi dengan irisan kubis dan taburan taoge, seledri serta bawang goreng. Sekilas kelihatan seperti lontong tahu gimbal, tetapi kalau sudah merasakan bumbunya pasti akan menemukan perbedaan. Kuah kupat Tahu Magelang encer tanpa rasa bawang yang dominan. Rasanya gurih dan tidak terlalu manis.


Kemudian ada Sop Senerek yang tak lain adalah Sop kacang Merah. Sop senerek terdiri dari nasi, kacang merah, wortel, irisan daging sapi dan bayam. Pada dasarnya pembuatan sop senerek sama seperti sop lainnya, bedanya adalah kacang merah sebagai bahan dasar sop senerek harus direndam semalaman agar empuk. Senerek ini merupakan perpaduan kuliner antara Magelang dan Belanda karena jaman penjajahan dulu, orang-orang Belanda terlalu lama berada di Magelang. Senerek merupakan kata yang diadaptasi dari Belanda yaitu Snert yang artinya kacang polong.


Kemudian ada Mangut Lele. Berbeda dengan mangut Semarang dan Bantul, yang memakai ikan pari yang telah dipanggang, mangut Magelang justru menggunakan ikan lele segar sebagai bahannya. 



Mengenai Magelang (1)



Ada yang berpendapat bahwa nama Magelang berasal dari kisah orang keling / Kalingga ke Jawa yang mengenakan hiasan gelang dihidungnya. Kata gelang, mendapatkan awalan “MA” yang menyatakan kata kerja memakai (menggunakan), maka berarti “MEMAKAI GELANG”. Menyimpulkan Magelang berarti daerah yang didatangi orang-orang yang menggunakan atau memakai gelang.

Adalagi yang berpendapat bahwa nama Magelang berawal dari kisah dikepungnya Kyai Sepanjang oleh prajurit Mataran saat “TEMU GELAP” atau rapat yang membentuk lingkaran. Adapula yang mengaitkan nama Magelang itu dengan kondisi geografis daerah kedu “cumlorot” yang ternyata semakna dengan kata gelang.

Magelang merupakan daerah yang asri. Di sini, terletak sebuah peninggalan besar masa lampau yang menjadi destinasi wisata terkenal bagi orang-orang, yaitu Candi Borobudur. Selain Candi Borobudur, ada wisata bukit Tidar, Wisata Taman Panca Arga, Wisata Taman kyai Langgeng, dan masih banyak lagi. Utamanya untu wisata candi, maupun alam, di Magelang ada begitu banyak tempat wisata yang bisa dikunjungi.

Sebagai contoh adalah wisata taman Kyai Langgeng. Taman wisata ini memiliki ratusan koleksi tanaman langka yang bisa dimanfaatkan sebagai obyek penelitian, patung-patung Dinosaurus dalam ukuran asli, aneka fasilitas permainan, serta yang terbaru adalah prototipe pesawat terbang. Di Taman Kyai Langgeng, khususnya pada hari libur anda akan disuguhi dengan berbagai atraksi kesenian daerah maupun musik, selain arena permainan untuk anak-anak dan keluarga.