Warung makan Tegal, rumah makan Tegal..., sepertinya sudah tidak asing bagi kita untuk mendengar kata “Warteg”. Tentunya hal pertama kali yang muncul dalam pikiran kita mengenai warteg adalah sebuah tempat makan yang menjual berbagai macam masakan rumahan dengan beragam macam lauk, nasi ambil sendiri, dan harganya murah. Tapi, saya tidak akan membahas mengenai warteg-nya, melainkan kotanya sendiri, Tegal.
Sudah lama sekali kita mengenal kalau orang Tegal itu
memiliki logat yang unik dan khas. Mereka masih termasuk suku jawa, tetapi
logat dan cara mereka berbicara jauh berbeda dari kebanyakan orang jawa yang
tinggal di tengah-tengah, apalagi daerah solo atau yogyakarta. Logat mereka
benar-benar unik dan khas! Ciri yang benar-benar patut dikagumi. Sebenarnya,
tidak hanya orang Tegal saja yang memiliki logat unik ini, melainkan kota-kota
atau daerah perbatasan antara jawa tengah dengan jawa Barat, kebanyakan
masyarakatnya memang memiliki logat yang unik didenga darn khas untuk
diucapkan. Saya sendiri punya kawan dari Tegal, sulit untuk meniru cara bicaranya
yang cepat dan terkesan nyablak. Tapi itulah keanekaragaman. Unik, kaya, dan
mengesankan.
Yang ingin saya bahas mengenai Tegal adalah makanan
dan minuman khas dari sana. Seorang kawan saya sering membawakannya kalau dia
pulang dari Tegal, sebesek tahu kuning besar serta seplastik tepung kanji
berbau khas. (Kalau ditaruh di dalam mobil, dijamin, baunya pasti nggak enak).
Itu tak lain adalah tahu aci bu murni. Waktu pertama kali kawan saya membelikan
tahu itu, saya ngerasa aneh dan cenderung tidak suka, apalagi dengan bau acinya
(tepung yang agak lengket dan terbuat dari tepung tapioka yang sudah dibumbui).
Namun, setelah kawan saya mengajari bagaimana caranya memasukkan aci ke dalam
tahu dan menggorengnya hingga keemasan, WOW! Rasanya benar-benar enak!
Tahu acinya terasa gurih dan sedikit garing. Bila dimakan
dengan sambal kecap, maka rasanya akan bertambah enak. Selain tahu aci, oleh-oleh
lain yang sering dibawakan oleh teman saya dari Tegal adalah teh. Yah..., teh biasa
yaitu teh Tang yang jenisnya teh premium yang harus diseduh biasa. Kalau teman bilang
sih, jenis teh poci. Lagi-lagi saya sangsi dengan rasa tehnya, terutama karena kelurga
saya sudah menyukai satu teh merk tertentu. Yah..., akhirnya agak lama deh sampai
saya mencipi teh ini. Wah..., lagi-lagi saya terjebak dengan pemikiran saya sendiri.
Rasa tehnya enak. Ada sepat dan pahitnya sedikit, serta bau wanginya pun menyengat. Teh ini benar-benar cocok dinikmati bersama sepiring tahu aci yang baru saja digoreng. Kalau kalian menginginkan tahu aci, bisa buat sendiri. Ada banyak resepnya bertebaran di mbah google. Namun, kalau punya teman yang domisili di Tegal dan malas membuat sendiri, coba kontak temannya deh dan rayu, supaya kalau balik dari kampung halaman, dibawain satu besek tahu aci sama teh premium. Gak akan nyesel! :))) *tapi ntar uang oleh-olehnya diganti, ya. Kasian yang mbawain kalau nitip oleh-oleh tapi gak dibayar*
0 komentar:
Posting Komentar