Jumat, 12 September 2014

Tugu Muda Semarang : Sebuah Monumen Pengingat Masa Lampau




Tugu Muda Semarang merupakan monumen pengingat, mengenai sebuah peristiwa besar di zaman awal kemerdekaan NKRI. Peristiwa ini erat kaitannya dengan para pemuda dan semangat patriotik.

15 Oktober 1945, kota Semarang teramat mencekam. Hal itu tak lain dan bukan karena ketegangan yang terjadi antara BKR (Badan Keamanan Rakyat) dengan tentara Jepang. Berita proklamasi Kemerdekaan Indonesia membuat rakyat Semarang, khususnya, para pemuda, terlibat aksi perlucutan senjata tentara Jepang tanpa kekerasan. Namun, tentara Jepang, yang bermarkas di Jatingaleh, menolak penyerahan senjata, meski Gubernur Jawa Tengah pada waktu itu, Gubernur Wongsonegoro, sudah menjamin bahwa senjata yang diambil tidak akan digunakan untuk melawan Jepang.

Keadaan semakin mencekam. Pertempuran pun tak bisa dielakkan. Pertempuran antara BKR dengan tentara Jepang berlangsung dari Cepiring sampai bisa dipukul mundur ke Jatingaleh. Suasana pun semakin panas, apalagi terdengar kabar bahwa pasukan Jepang akan mengadakan serangan balasan terhadap pemuda Semarang. Banyak yang menjadi korban dalam serangan-serangan yang dilancarkan saat itu, seperti delapan polisi Istimewa yang sedang menjaga sumber air minum bagi warga kota Semarang. Hal ini menimbulkan desas-desus yang meresahkan masyarakat, karena terdengar kabar bahwa Jepang akan meracuni reservoir yang menjadi tempat cadangan air minum di Siranda.

Desas-desus ini pun membawa satu nama lain yang sampai sekarang dikenal oleh masyarakat, yaitu dr. Kariadi. Sebagai kepala Laboratorium Purusara, dr Kariadi mendapat telepon dari pimpinan Pusat Rumah Sakit Rakyat Purusara untuk mengecek kebenaran kabar tersebut. Istri dr. Kariadi telah mencegah suaminya untuk pergi ke reservoir tersebut, tapi dr. Kariadi berpendapat lain. Beliau tetap pergi ke sana dan mengecek keadaan. Tentara Jepang pun membunuh beliau dengan keji.

Berita terbunuhnya dr. Kariadi menyulut kemarahan rakyat Semarang dan pertempuran pun meluas ke berbagai penjuru kota. Pertempuran berakhir setelah kedatangan tentara Sekutu yang mendarat di pelabuhan Semarang sehingga mempercepat perdamaian antara Jepang dan rakyat. Pertempuran yang berlangsung selama lima hari ini memakan korban sekitar 2000 pihak Indonesia dan 850 tentara Jepang.

Tugu Muda merupakan monumen pengingat pertempuran 5 hari ini. Sekarang, kawasan Tugu Muda menjadi pusat berkumpulnya muda-mudi untuk berekreasi dan berkumpul

Socializer Widget By Blogger Yard
SOCIALIZE IT →
FOLLOW US →
SHARE IT →

0 komentar:

Posting Komentar